Jumat, 14 Oktober 2011

Sahabat Pelangiku

Sahabat Pelangiku Karya : Yuniasari Megandini Di pagi yang cerah itu , aku mulai bosan dengan semua angka yang memutar balikkan akalku . Aku hanyalah anak malas dan tidak ada seorangpun yang mau berteman denganku , mungkin mereka menganggap aku ini tidak ada apa – apanya tapi inilah kenyataannya . Tanganku sangat jeli untuk mematahkan semua pensil yang ada di atas mejaku itu karena aku sangat kesal , otakku sudah memanas tapi mataku tertuju pada seorang gadis yang duduk di sebelah mejaku . Namanya adalah Anna , dia adalah idola di sekolah ini , dia sangat sempurna dan aku berfikir bahwa dia itu tidak mau berteman dengan laki – laki seperti diriku . ‘Andai aku dilahirkan dengan kesempurnaan’ Itulah kata – kata yang selalu ada dalam fikiranku . Tiba – tiba Anna melihat ke arahku sambil tersenyum dengan senyuman manisnya itu tapi aku berpura – pura tidak melihatnya . “Apakah benar dia tadi tersenyum kepadaku ? Padahal aku orang yang paling bodoh di kelas ini” Aku hanya sibuk berbicara pada diriku sendiri sampai – sampai jam pelajaran Matematika telah selesai . Anna menghampiriku yang sedang duduk menyendiri di pojok ruangan kelas itu . “Sepertinya kamu benci pelajaran Matematika yah ?” Anna berbicara dengan senyuman manisnya itu . “ Iya , aku tidak suka karena aku tidak mengerti sama sekali” Aku berbicara dengan nada tidak peduli . “Kalau begitu hari sabtu datang ke rumahku yah ? Nanti aku akan ajarkan kamu Matematika” Anna selalu berkata dengan perkataannya yang halus dan sopan , tapi apakah benar dia akan mengajariku Matematika karena mana mungkin dia mau mengajari orang sepertiku . Di depan pintu kelas sudah banyak anak – anak yang menunggu untuk bisa makan bersama Anna dan aku semakin tak yakin atas ajakan Anna tadi . Tiga haripun telah berlalu , sekarang adalah hari Sabtu dan akalku masih belum meyakini perkataan Anna pada hari itu . Dengan rasa penasaran , aku melangkah ke depan rumah Anna , aku sangat ragu dan malu karena aku gugup sekali , sebelumnya tidak ada yang mau mengajariku karena aku sangat malas dan mungkin akan selamanya malas . Kakiku tepat berada dekat dengan pintu rumah Anna , dengan ragu – ragu kuketuk pintu rumah Anna dan dengan sangat cepat pintu itu terbuka . Anna dan keluarganya menyambut aku dengan senyuman hangat . Dari detik ini , aku mulai berubah fikiran tentang sosok yang bernama Anna . Dia adalah gadis yang baik , setiap ada kesulitan yang aku alami pasti dia akan siap untuk membantu , Anna sekarang adalah sahabatku . Hari – haripun telah berlalu , banyak waktu yang kuhabiskan bersama sahabatku yaitu ‘Anna’ , aku mendapat peningkatan nilai dalam belajar tetapi baru – baru ini ada kabar burung yang tidak baik tentang Anna dan akhir- akhir ini juga Anna jarang masuk sekolah . Aku hanya dapat diam membisu karena aku tidak bisa berbicara dengan lepas dengan yang lainnya .Bel masukpun berbunyi , aku masih merindukan senyuman Anna yang mampu membuat hidupku berubah , senyumannya bagai pelangi dikala mega – mega menangis . Tiba – tiba ada sesosok gadis yang mengetuk pintu kelas dan tidak lain lagi itu adalah ‘Anna’ , aku sangat bahagia sekali tapi teman – temanku di kelas jadi menjauhi bahkan tidak mengganggap Anna ada , padahal sebelum berita buruk ini ada semua orang berebut untuk bisa dekat dengan Anna . Langkah kaki Anna tertuju kepadaku yang berada di pojok kelas itu . Anna menangis dan menceritakan semuanya kepadaku . Dia terkena HIV , akupun sangat terkejut karena aku kira ini hanyalah kabar yang sengaja dibuat untuk menyingkirkan posisi Anna di sekolah ini . Tapi aku tidak akan seperti yang lainnya , aku akan ada untuk Anna karena aku akan mengembalikan senyuman sahabat pelangiku ini . Ternyata penyakit yang diderita oleh Anna sudah lama dan dokter memvonis umur dia tidak akan lama lagi . Aku tidak mau kehilangan sahabatku ini karena dia yang mampu membuatku bangkit kembali . Aku akan benar – benar menjaga Anna untuk hari – hari terakhir dalam hidupnya .
Dua bulanpun telah berlalu dan Anna benar – benar berhenti sekolah karena kondisinya yang semakin memburuk , hanya aku teman yang dia miliki sekarang . Anna sekarang hanya bisa terbaring dengan tubuh lemahnya tapi senyumannya itu tidak pernah pudar dari wajahnya yang bagaikan rembulan . Aku tidak takut tertular HIV karena dulu Anna yang pertama kali membangkitkan semangatku , sahabat terbaik yang ada di dunia ini . Mega – mega menjadi kelabu dan langitpun menangis tapi aku akan tetap pergi ke Rumah Sakit untuk menjenguk Anna . Semua badanku menjadi basah kuyub dan perasaanku menjadi tidak enak , semoga saja tidak terjadi apa – apa kepada Anna . Saat kubuka pintu ruangan dimana Anna dirawat , semua orang disana sedang menangis , aku sangat kebingungan dan berharap firasatku ini tidak menjadi nyata . Anna sedang sekarat , aku ingin ikut menangis tapi aku laki – laki , aku harus mencerminkan ketegaran dan senyuman yang selalu Anna perlihatkan kepadaku . “Jika aku harus pergi , aku minta kamu tetap semangat yah . Aku senang bisa berkenalan denganmu karena kamu adalah sahabat sejati bagiku . Kamu yang setia menemani disaat teman – temanku yang lain menjauhi . Tetaplah tersenyum Dias , karena senyumanmu seperti kanvas bagiku” Perkataan Anna terhenti dalam hembusan nafas terakhirnya . Aku sangat terpukul sekali tetapi aku harus tetap tersenyum seperti amanah yang dititipkan Anna tadi . Semua orang disana sangat terpukul juga layaknya hatiku . Tapi tiba – tiba hujan berhenti dan aku melihat pelangi diluar sana , entah mengapa aku merasa itu adalah senyuman Anna dan aku adalah kanvas baginya . Apapun yang terjadi , aku akan selalu mengingat Anna dan dia masih akan menjadi sahabt pelangiku untuk setiap senyumku .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar